Senin, 11 November 2013

Hydrogel, Media Tanam Unik untuk Hidroponik









TEKNIK pertanian modern seperti hidroponik sudah menjadi kebutuhan yang mendesak, menyusul semakin berkurangnya ketersediaan lahan untuk bercocok tanam. Berkurangnya lahan pertanian ini antara lain karena pertambahan penduduk yang cepat akibat faktor kelahiran, perpindahan penduduk, dan urbanisasi.Cara budidaya tanaman dengan teknik hidroponik dinilai praktis, bersih dan hemat tenaga. Cara ini juga banyak disuka hobiis tanaman hias. Hasilnya, tak kalah dengan budidaya dalam pot biasa. Malah lebih aman dari serangan hama ketimbang memakai media tanah. Hampir semua jenis tanaman hias bisa dibudidayakan dan dipajang dengan teknik hidroponik. Terutama untuk tanaman in door.Bicara soal hidroponik, tak bisa lepas dengan yang namanya media tanam. Betapa tidak, media tanam memegang peranan sangat penting untuk suksesnya bercocok tanam sistem hidroponik. Media tanam untuk hidroponik biasanya menggunakan batu perlit atau vermiculit. Batu perlit merupakan batu dari letusan gunung berapi, bentuknya dibuat bulat-bulat, poros, dan ringan.Namun bila perlit dan vermikulit sukar didapat dan mahal harganya, banyak alternatif lainnya, seperti batu apung, pecahan batu bata atau genteng, pasir, arang kayu, arang sekam, pakis, sabut kelapa, ijuk, spon, peat moss (gambut), rock wool, zeolit. Juga kerikil sintesis Lecaton dan Blahton yang banyak dijual di nursery atau toko-toko tanaman hias. Prinsipnya, media tersebut harus bersifat porous (berongga) untuk sirkulasi udara, mudah menyerap air, tidak cepat lapuk, akar mudah menempel, dapat menyimpan zat hara, dan tidak mudah menjadi sumber penyakit.


Pada dasarnya sistem hidroponik adalah upaya memberikan bahan makanan dalam larutan mineral atau nutrisi yang diperlukan tanaman dengan cara disiram atau diteteskan. Pekerjaan menyiram atau mengairi media tanam inilah menjadi persoalan. Sistem pengairan hidroponik bila dilakukan secara manual akan sangat merepotkan, sementara bila dilakukan secara otomatis butuh energi dan bahan yang tidak sedikit; perlu pompa, listrik, selang, pengatur waktu, dsb. Hingga ditemukan solusi yang cukup unik yaitu dengan menggunakan media tanam yang dinamakan hydrogel.












Hydrogel adalah penemuan terbaru yang menarik untuk mempermudah sistem pertanian hidroponik. Kristal-kristal polimer ini bisa dijadikan media tanam yang praktis karena sifatnya yang mampu menyerap air, sehingga pekebun akan dibebaskan dari rutinitas menyiram tanaman, selain itu dengan keanekaragaman warnanya bisa memperbaiki penampilan tanaman secara keseluruhan, karena bisa disesuaikan dengan selera dan diselaraskan dengan warna tanaman. Hal ini dapat menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang ditempatkan di ruang tamu atau di ruang kantor.








Kelebihan hidrogel, selain tampilannya indah berwarna-warni, juga praktis, dapat disiram sebulan sekali, terhindar dari hama tanah, cocok untuk tanaman di dalam ruangan seperti ruang tamu atau meja kerja.


Selain sebagai media tanam bagi tanaman hias, hidrogel juga cocok untuk perkebunan dan hutan tanaman industri. Hidrogel digunakan sebagai campuran untuk menyempurnakan tanah. Jeli dari hidrogel lazim pula digunakan untuk budidaya jamur shiitake. Selain itu gel ini berguna bagi pertanian di kota-kota besar yang lahannya sempit serta kualitas tanahnya jelek. Sedikit tanah, diberi campuran hidrogel dan pupuk, bisa menjadi media yang baik untuk berkebun.

Menurut ensiklopedia Wikipedia, hydrogel adalah suatu jaringan rantai-rantai polimer yang mudah menyerap air, hidrogel adalah polimer penyerap super (superabsorbent), ia dapat mengandung air hingga 99%. Hidrogel adalah kristal-kristal pengisap air, mampu menyerap air 600 kali dari bobotnya. Kristal-kristal ini tampak seperti butiran-butiran kecil kwarsa sebelum jenuh dengan air, dan mirip cabikan jeli jernih bila air ditambahkan.

Bahan-bahan pembentuk hydrogel biasanya terdiri dari polyvinyl alcohol, natrium polyacrylate, polimer-polimer acrylate lainnya dan ko-polimer dengan kelompok hydrophilic (pengikat air) yang melimpah.

Pada awalnya hidrogel digunakan untuk diaper sekali pakai dimana ia dapat “menangkap” urin, untuk handuk-handuk kesehatan, lensa-lensa kontak (hidrogel silikon, polyacrylamides), elektroda-elektroda medis (polyethylene oxide, polyAMPS dan polyvinylpyrrolidone). Juga digunakan untuk operasi payudara, pembalut luka bakar, wadah obat-obat ionis, dan butiran untuk mempertahankan kandungan air tanah di kawasan tandus.

Salah satu kehebatan hidrogel hadir dalam merek dagang Osmogro, yang menciptakan teknologi pengairan mandiri –tumbuhan mampu mengairi dirinya sendiri. Teknologi pengairan Osmogro yang unik ini, bisa mengantarkan air dari penampung eksternal ke dalam pot tumbuhan dengan cara osmosis dan difusi menggunakan membran hidrogel. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***

Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman

HIDROGEL atau dikenal juga sebagai polimer penyerap super (super-absorbing polymer –SAP) juga terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Produk hidrogel terbaru ini dikembangkan oleh seorang insinyur polimer dari Universitas Waseda, Jepang, Prof. Yuichi Mori. SAP jenis baru ini dinamakan ‘Sky Gel’, dan secara meluas telah digunakan untuk taman-taman atap, rehabilitasi hutan, kultur jaringan, hidroponik dan aeroponik.

“Sky Gel memiliki sifat menahan air yang sempurna, dan dalam eksperimen dengan tanaman radish dan mentimun menunjukkan gel ini secara terus menerus meningkatkan ujung tumbuh dan perakaran. Ketika Sky Gel diaplikasikan pada zona akar, zat ini mampu menahan kadar air dan secara lambat melepaskannya ke tanaman yang sedang tumbuh. Sky Gel berada di balik keberhasilan proyek stabilisasi kemiringan bukit-bukit di Gunung Fuji, dan mampu menghentikan lajunya gurun pasir. Mampu menahan erosi angin dan menstabilkan bukit-bukit pasir,” terang Prof. Mori.

SAP konvensional (jalinan silang sodium polyacrylate) memiliki kemampuan menyerap air dengan sempurna (hingga 200 ml air per gram SAP), dan sangat dipercaya dalam menjaga tumbuhan dalam penyerapan airnya. “Kunci Sky Gel ada pada sifat pertukaran ionnya – yaitu penyerapan ion kalsium, yang penting untuk tanaman tumbuh serta pelepasan ion natrium, yang berbahaya bagi tumbuhan,” tegas Prof. Mori. Bila SAP ditambahkan di atas konsentrasi kritis (di atas 0,1 volume persen) pada tanah, tumbuhan bisa kekurangan perkecambahan dan hambatan untuk tumbuh.

“Kami mensintesa Sky Gel dengan secara parsial menggantikan kelompok natrium acrylate SAP dengan kalsium acrylate dan kelompok asam acrylic. Kemampuan menyerap air dari kalsium pada Sky Gel secara signifikan sama tingginya dengan SAP konvensional,” jelas Prof. Mori.

Produksi Sky Gel di Jepang dilakukan dengan memanfaatkan produksi SAP konvensional. “Ongkos produksinya akan sangat mendekati SAP bila permintaan Sky Gel meningkat setinggi SAP, yang produksinya sekitar 100 juta ton per tahun,” ujar Prof. Mori. Saat ini, harga Sky Gel sekitar sepuluh kali SAP konvensional. (DS/berbagai sumber)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar